Struk Belanja Berharga, Jangan Dibuang

Struk Belanja Berharga, Jangan Dibuang

Simpanlah struk belanja Anda. Jangan dibuang. Ada cash back. Ada uang yang kembali kepada Anda. Tinggal foto struk belanja. Upload. Uangnya mau dikirim ke rekening atau ingin dalam bentuk pulsa? Belanja dapat cash back ini ditawarkan startup asli bikinan putra Indonesia dengan nama Pomona. Baru di-launching Agustus lalu. Platform berbasis mobile web dan website desktop tersebut bisa diakses melalui url http:Pomona.id/ atau bisa diunduh dengan gratis di playstore. Secara teknis, Pomona bisa di-download dengan mudah melalui playstore. Aplikasi berukuran 30 MB tersebut bisa dijalankan dengan ponsel berbasis android 4.0 atau ICS ke atas tanpa kendala dan tidak membuat operasi ponsel menjadi berat. “Bisa diakses dengan mudah, baik melalui website atau bisa download di playstore. Platform yang kita buat ini adalah pelopor di bidangnya dan saat ini untuk versi andorid sudah di-download lebih dari 200 ribu kali dan terus bertambah setiap harinya,” ujar Wyndo Mitra Buwana, Head Of Marketing Pomona Indonesia saat ditemui Radar, beberapa waktu lalu. Proses registrasi, setelah berhasil masuk, baik melalui url (uniform resource locator) atau startup, yang pertama dilakukan adalah melakukan registrasi. Bisa dengan e-mail atau akun medsos seperti Facebook. Jika sudah berhasil melakukan registrasi, langkah selanjutnya adalah dengan mengisi informasi data diri dalam tab atau kolom profil Pomona. “Setelah semua proses dilalui, nanti aka nada petunjuk pop up yang menyatakan pengguna tunduk dan patuh pada ketentuan dari Pomona. Setelah melewati tahapan ini, selanjutnya bisa langsung melakukan scan atau foto struk belanja Anda,” jelas Wyndo. Untuk kategori produk, Pomona tidak membatasi diri. Semua produk yang melakukan promo dan kerja sama, dimasukkan dalam list kupon produk yang mendapatkan cash back. Nilai cash back-nya beragam. Dari yang paling kecil Rp350 untuk produk kemasan air mineral sampai Rp25.000 untuk produk daging beku. “Cash back nantinya akan masuk secara otomatis ke dalam rekening virtual account Pomona setelah struk divalidasi. Paling tidak butuh waktu 1x24 jam untuk sistem dari Pomona memvalidasi struk yang sudah di-upload. Setelah itu ada notifikasi diterima atau tidaknya struk yang di-upload. Jika diterima, cash back akan langsung masuk ke virtual account. Untuk penarikan cash back bisa dilakukan dengan cara transfer rekening atau top up pulsa. Terserah pengguna, mau memilih yang mana,” jelasnya. Saat ini, menurut Wyndo, sudah 200 lebih produk yang bekerja sama dengan Pomona dalam memberikan keuntungan untuk konsumen di seluruh Indonesia. Produk yang saat ini memberikan cash back bisa dilihat daftarnya dalam webdesk atau platform yang sudah di-download. “Platform ini bisa digunakan secara mandiri ataupun dengan komunitas. Jika komunitas, nantinya ada master yang menerima keuntungan dari setiap struk yang di-upload oleh anggota komunitas. Di Cirebon kita sudah bekerja sama dengan GP Ansor Kabupaten Cirebon. Anggotanya bisa sampai 100 orang dalam satu grup,” ungkapnya. Pomona sendiri adalah startup advertising tech (adtech) pertama di Indonesia yang berfokus pada pengukuran tingkat penjualan untuk industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG). Kini para pelaku industri FMCG dapat mengetahui tingkat penjualan produk dari aktivitas pemasaran yang dilakukan melalui inovasi teknologi yang dinilai dapat turut mengembangkan industri FMCG di Indonesia. Ide ini bermula dari gagasan Benz Budiman dan Ariawan Suwendi -CEO dan CTO- Pomona yang juga merupakan para pendiri Pomona. Keduanya tergerak atas tingginya permintaan para pelaku industri FMCG di Indonesia yang ingin mengetahui secara lebih akurat apa yang sebenarnya dibutuhkan konsumen. Di samping itu, para pelaku industri selama ini tak dapat secara akurat mengetahui apakah aktivitas pemasaran berujung pada transaksi atau sales. Padahal, menurut data dari eMarketer, dari total jumlah belanja iklan di Indonesia pada tahun 2017 yang berjumlah 15,2 miliar USD, atau sekitar Rp200 triliun, 61 persennya berasal dari industri FMCG. Berdasarkan fakta itu, Benz Budiman selaku pendiri dan CEO Pomona mengatakan Pomona hadir dengan misi untuk turut berkontribusi dalam pengembangan dan kemajuan industri FMCG Indonesia. ”Dan juga para pelaku industry, melalui inovasi teknologi memberikan pandangan mengenai sales conversion atau tingkat penjualan dari kegiatan pemasaran yang dilakukan pelaku industri FMCG. Inovasi ini menyasar celah dalam mengetahui sales conversion yang selama ini masih dilakukan dengan cara konvensional,” terangnya. Sebagai satu dari sekian banyak startup yang termasuk dalam kategori adtech, Pomona merupakan pionir dan satu-satunya startup yang berfokus pada ranah sales conversion. Pomona hadir di saat yang lain berlomba- lomba menggarap ranah awareness. Advertising technology atau yang umum disebut sebagai adtech sendiri merupakan kategori dalam dunia startup yang melakukan digitalisasi dalam industri advertising atau periklanan. Berbekal pengalaman salah satu pendiri Pomona, yakni Ariawan Suwendi, yang berkecimpung selama lebih dari 10 tahun dalam industri teknologi di Sillicon Valley, Pomona mampu untuk membantu menghubungkan para pelaku industri FMCG dengan konsumen dan memahami kebutuhan konsumennya secara lebih akurat. “Pomona menggunakan teknologi Optical Character Recognition (OCR) dan machine,” jelas Benz. Teknologi OCR sendiri merupakan teknologi yang mengautomasi proses pembacaan struk menjadi lebih cepat, sedangkan machine learning dapat membantu menganalisa dan memverifikasi keakuratan dari data tersebut. “Kedua teknologi ini adalah teknologi yang diimplementasikan dalam platform omni-channel Pomona. Omni-channel sendiri merupakan konsep yang diusung Pomona yang menitikberatkan pada pengalaman konsumen dalam berbelanja menggunakan beragam saluran yang terintegrasi dan dapat memberikan kemudahan serta pengalaman bagi konsumen kapan dan di manapun,” tambah Benz. Di samping manfaat yang Pomona tawarkan kepada para pelaku industri FMCG, Pomona juga hadir dengan membawa manfaat bagi para konsumen melalui teknologi yang dapat membuat konsumen memiliki gaya hidup yang lebih hemat. “Dengan hadirnya Pomona, kini konsumen bisa mendapatkan cash back dari aktivitas belanjanya. Hanya dengan cara mengunggah foto struk pembelian ke platform Pomona. Cash back yang diperoleh ini dapat mengurangi beban biaya konsumen dalam berbelanja kebutuhan sehari-harinya. Sehingga konsumen bisa lebih hemat dan cash back yang didapat bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan lainnya,” terangnya. Menurut laporan terakhir dari lembaga riset konsumen terkemuka yaitu Nielsen dan Kantar Worldpanel Indonesia, menunjukkan data bahwa frekuensi belanja konsumen terhadap barang kebutuhan sehari-hari menurun dalam setahun terakhir. Itu akibat dampak dari perubahan perilaku konsumen dalam berbelanja yang cenderung lebih berhati-hati mengatur pengeluarannya dengan memilih produk paket hemat dalam format yang lebih besar. Kehadiran Pomona yang mendedikasikan diri dalam kategori startup adtech yang berfokus pada ranah sales conversion sejak akhir kuartal 4 tahun 2017 lalu ini disambut baik para pelaku industri FMCG di Indonesia. Terbukti saat ini sudah terdapat ratusan produk yang bisa mendatangkan cash back untuk konsumen. Produk-produk tersebut terdiri dari produk yang termasuk ke dalam kategori seperti bahan makanan, personal care, produk kesehatan, snacks dan minuman, frozen food, dan barang-barang kebutuhan sehari-hari lainnya. Konsumen bisa mendapatkan keuntungan berupa cash back yang nilainya mulai dari 20 persen dari harga produk dan juga dapat diakumulasi dengan promosi lain yang sedang berlangsung. Hanya dengan mengunggah struk pembelian berdasarkan produk-produk yang telah bekerjasama dengan Pomona, yang dibeli di berbagai retail yang tersebar di seluruh Indonesia. Seperti Indomaret, Alfamart, Giant, Hypermart, Hero, Lawson, Lottemart, Circle K, Guardian, Watson, Century, dan lain-lain. (dri)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: